Pada
umumnya budidaya udang dilakukan pada kolam luar yang tergantung pada matahari
dan komunitas alga untuk memproses limbah nitrogen dari udang dan untuk
mensuplai oksigen ke dalam kolam. Sedangkan budidaya udang biofloc mendorong
pertumbuhan komunitas bakteri dalam kolam (Rosenberry 2006). Sekali terbentuk
dan terpelihara, maka kolam yang didominasi bakteri lebih stabil daripada kolam
yang didominasi alga. Bakteri berakumulasi dalam gumpalan yang disebut floc;
memanfaatkan limbah nitrogen 10-100 kali lebih efisien daripada alga dan
merubahnya menjadi pakan yang berprotein tinggi bagi udang; bekerja siang dan
malam; dan sedikit dipengaruhi oleh cuaca.
Selanjutnya
dikatakan, ada beberapa hal yang dibutuhkan pada budidaya
udang biofloc
yaitu:
- Filter untuk
menahan organisme pembawa penyakit dari air yang masuk
- Kolam
penampungan dan pengendapan untuk mengolah air
- Kepadatan
tebar benih tinggi, bebas penyakit, hasil perbaikan genetik
- Resirkulasi
air untuk mengurangi lumpur dan memelihara keseimbangan nutrien yang
diinginkan alga dan bakteri
- Tanpa
pergantian air
- Biosekuritas
untuk menjaga penyakit keluar
- Banyak aerasi
dan pencampuran air kolam
- Kolam dilapisi
- Pembuangan
lumpur dari pusat drainasi
- Sumber
karbohidrat yang bagus dan murah (molase dan tepung terigu) untuk menstimulasi
rantai makanan berbasis bakteri.
Menurut
De Schryver et al. (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi formasi dan
struktur floc dalam teknologi biofloc adalah intensitas
pencampuran melalui aerasi, oksigen terlarut, sumber karbon organik, laju
muatan organik, suhu dan pH air. Avnimelech (1999) menyatakan bahwa produksi
bakteri heterotrof dapat ditingkatkan melalui penambahan karbon ke media
budidaya untuk meningkatkan rasio C/N.
Penambahan
karbon dapat mereduksi nitrogen anorganik pada tangki percobaan udang dan kolam
tilapia skala komersil. Buford et al. (2003) menambahkan molase sebagai
sumber karbon organik pada budidaya udang Litopanaeus vannamei dengan
kepadatan tinggi dan tanpa pergantian air.
Menurut Richards
(1994) klasifikasi fungsional organisme berdasarkan sumber energi alam dan
kebutuhan karbon adalah:
(a)
Fotoautotrof, menggunakan cahaya sebagai sumber energi dan CO2 sebagai
sumber
karbon utama. Contoh adalah tanaman
tingkat tinggi, alga, cyanobacteria serta purple dan
green sulphur bacteria.
(b)
Fotoheterotrof, tergantung pada cahaya sebagai sumber energi mengambil karbon
dari
senyawa organik. Kategori ini diwakili
oleh kelompok khusus bakteri fotosintesis yang
diketahui sebagai purple non-sulphur
bacteria (PNSB).
(c)
Kemoautotrof, mengambil energi dari oksidasi senyawa inorganik dan menggunakan
CO2
sebagai sumber karbon utama.
Kategori ini terdiri dari beberapa kelompok bakteri khusus,
meliputi bakteri nitrifikasi dan
thiobacilli.
(d)
Kemoheterotrof, menggunakan senyawa organik sebagai sumber energi dan karbon.
Termasuk dalam kelompok ini adalah hewan,
protozoa, fungi dan banyak jenis bakteri
seperti Azotobacter, Azomonas,
Azotococcus, Clostridium, Enterobacter, Escherichia,
Bacillus dan lain-lain.
Pemberian
isolat detritus Bacillus sp. untuk memperbaiki kualitas air telah
diterapkan oleh Singh et al. (2004) dalam memproduksi benih udang laut
dan air tawar dengan sistem resirkulasi. Devara et al. (2002)
menggunakan produk mikroba komersil yang mengandung Bacillus sp. dan Saccharomyces
sp. pada budidaya udang windu dan dapat memperbaiki feed conversion
ratio (FCR) udang. Sedangkan Vaseeharan & Ramasamy (2003) menggunakan Bacillus
subtilis BT23 sebagai kontrol patogen Vibrio spp. pada kultur udang
windu di hatchery dan kolam pembesaran.
Sejumlah
peneliti di China menaruh perhatian besar terhadap potensi manfaat bakteri
fototrofik dari genus Photorhodobacterium yang dijumpai pada kolam-kolam
pembesaran udang Penaeus chinensis (Irianto 2003). Al Azad (2002)
menambahkan bakteri fotosintetik jenis Rhodovulum sulfidophilum yang
mengandung protein kasar 62,30% pada pakan larva udang windu dan terbukti dapat
meningkatkan pertumbuhan serta kelangsungan hidup. Biomassa segar spesies Rhodopseudomonas
palutris mengandung protein 5,82% atau 40% berdasarkan bobot kering dan
berpotensi sebagai sumber pakan dalam akuakultur (Getha et al. 1998).
Menurut Hougardy et al. (2000) sel bakteri Rodopseudomonas
rhenobacensis
strain
RbT
berukuran
lebar 0,4-0,6 μm dan panjang 1,5-2,0 μm. Sedangkan berdasarkan Imhoff &
Truper (1989) diacu dalam Hougardy et al. (2000), sel bakteri Rodopseudomonas
palustris dan Rodopseudomonas acidophila memiliki ukuran diameter
masing-masing 0,6-0,9 μm dan 1,0-1,3 μm.
Biosintesis Alga
(fotoautotrofik)
106 CO2 + 16 NH4+ + 52 H2O + PO-3 ------à C106H152O53N16P + 106
O2
+
16 H+
C/N = 5.7/1
mg/mg VS = 50% carbon 8.7% nitrogen
1:1 O2/CO2 molar
Y = 11.4 gms
VS/gm N
μ = 1-2 /hari
(waktu generasi 24-48 jam)
kd =
0.05/hari (5% per hari)
Nitrifikasi
(kemoautotrofik)
22 NH4+ + 37 O2 + 4 CO2 + HCO3- -----à C5H7NO2 + 21 NO2- + 2 H2O + 42 H+
Y = 0.2 mg VS/mg
N
μ = 1/hari
(waktu generasi 24 jam)
kd =
0.05/hari (5% per hari)
Destruksi
alkalinitas = 7.1 gm (CaCO3)/gm N
Biosintesis
Bakteri (Heterotrofik)
BOD5 + NH4+ -------à C5H7NO2
C/N = 4.3/1
mg/mg VS = 53% carbon 12.3% nitrogen
Y = 0.5 mg VS/mg
BOD5
(3.0
mg VS/mg N)
μ = 2.5/hari
(waktu generasi 10 jam)
k = 5 mg BOD/mg
VS-hari
kd =
0.05/hari (5% per hari)
Gambar 1 Tiga
proses mikroba penting yang mendominasi kualitas air dalam sistem
budidaya kolam
(Brune et al. 2003)
Menurut
Richards (1987) pada peristiwa nitrifikasi terjadi oksidasi ammonium menjadi
nitrit dan nitrat oleh bakteri autotrof. Nitrosomonas mengoksidasi ammonium
menjadi nitrit:
2NH4+ + 3O2 à 2NO2- + 4H+ + 2H2O dan
Nitrobacter mengoksidasi
nitrit menjadi nitrat: 2NO2- + O2 à 2NO3-.
Biosintesis
bakteri heterotrof menurut Ebeling et al. (2006) mengikuti persamaan
reaksi sebagai berikut:
NH4+ + 1,18C6H12O6 + HCO3- + 2,06O2 -----à C5H7NO2 + 6,06H2O +
3,07CO2
Berdasarkan
persamaan ini diprediksi bahwa setiap g ammonia nitrogen dikonversi menjadi
biomassa, dikonsumsi 4,71 g oksigen terlarut, 4,36 g alkalinitas (0,86 g karbon
anorganik) dan 15,17 g karbohidrat (6,07 g karbon organik). Juga diproduksi
8,07 g biomassa mikroba (4,29 g karbon organik) dan 9,65 g CO2 (2,63 g karbon
anorganik).
0 komentar:
Posting Komentar