Reproduksi cacing laut (cacing nipah)

Jumat, 16 Maret 2018



Pola reproduksi cacing nipah tergolong monotelik yang memijah hanya satu kali dalam satu siklus hidup dengan cara melepas gamet matang ke luar tubuh. Pola ini juga dijumpai pada polychaeta monotelik lain seperti Nereis virens dan N. Diversicolor. Pola gametogenesis polychaeta dapat dibedakan berdasarkan tempat pembentukan dan diferensiasinya. Pola pertama gamet dihasilkan dan berdiferensiasi dalam gonad, pola kedua gamet dihasilkan oleh sel-sel proliferasi yang kemudian akan dilepas dan berdiferensiasi dalam selom (tanpa gonad) dan pola ketiga adalah gabungan keduanya Cacing nipah N. rhodochorde bersifat gonokhoristik yang memiliki satu organ kelamin pada satu individu, berbeda dengan Cacing pandan N. hawaiiensis yang hermaprodit. N. rhodochorde tergolong polychaeta yang tidak memiliki organ penyimpan gamet secara khusus, karakter ini sama dengan Nereididae lain yang telah diteliti, umumnya juga tidak memiliki struktur khusus untuk proliferasi oogonia.
Sel oosit dilepas dan berkembang sampai matang dalam selom (extraovarian oogenesis). Cacing jantan dan betina tidak dapat dibedakan secara morfologi. Panjang, berat, warna, dan jumlah segmen tubuh juga tidak dapat dijadikan acuan untuk membedakan jenis kelamin walaupun pada N. abiuma warna tubuh ventral dapat membedakan jenis kelamin. Oosit yang terbentuk dari hasil proses oogenesis secara bertahap mudah diamati sehingga dapat menjadi acuan untuk mengetahui pola reproduksi. Pembentukan oosit sangat baik digunakan untuk mengetahui secara umum aspek biologi reproduksi suatu spesies. Pada polychaeta ekstraovarian lokasi proliferasi oosit sebelum dilepaskan ke dalam selom belum diketahui dengan pasti. Oosit cacing nipah pada tahap awal berupa kumpulan (cluster) oosit berwarna kuning dengan bentuk bulat dan dapat mudah dibedakan dengan sel eleosit yang transparan. Pada individu muda masih dijumpai banyak sel eleosit di dalam selom.
Jumlah oosit cacing nipah berdiameter ≤40 µm pada tahap immature akan semakin berkurang pada tahap submature dan mature. Jumlah oosit antara 40<x µm akan semakin banyak pada tahap mature. Gamet betina dapat dibedakan secara jelas dengan gamet jantan setelah gamet betina terpisah dari cluster dan menjadi soliter di dalam selom dengan diameter ≥40 µm (Gambar 2a). Pada tahap immature, oosit yang telah terpisah dari cluster mulai bertambah diameternya dan tampak inti sel yang akan lebih jelas saat menuju maturitas. Oosit juga telah dapat dibedakan dengan sel eleosit yang masih banyak dijumpai di antara oosit (Gambar 2a). Jumlah sel eleosit dalam selom akan berkurang seiring dengan bertambahnya diameter oosit. Oosit akan memasuki tahap pertumbuhan cepat sebagaimana pada Nereis diversicolor saat sebagian besar oosit mencapai ukurun diameter 70<x.
Pada cacing nipah jantan, lokasi proliferasi spermatogonia juga masih belum diketahui. Tahap spermatogenesis mulai dapat diamati saat terbentuk cluster spermatogonia . Pada tahap ini jumlah sel dalam cluster belum dapat dihitung karena keterbatasan alat pengamatan, namun spermatogenesis cacing nipah hampir sama dengan spermatogenesis pada Nereis sp. Jumlah sel dalam cluster pada Nereis sp. sebanyak 132 sel, cluster selanjutnya menjadi cluster kecil dengan 64 sel. Tahapan reduksi sel dalam cluster pada cacing nipah juga diduga sama dengan Nereis sp. Penelitian ini hanya mendapatkan cluster telah menjadi cluster kecil yang terdiri atas kumpulan empat sel spermatid atau tetrad spermatid. Tahap akhir spermatogenesis adalah pembentukan spermatozoa (mature), pada tahap ini sperma telah memisah dari tetrad yang soliter dalam cairan selom . Pada polychaeta klasifikasi spermatozoa berdasarkan fungsi, umumnya dibagi menjadi tiga tipe yaitu ectaquasperm, ent-aquasperm, dan introsperm. Karakter spermatozoa cacing nipah mengarah pada tipe ect-aquasperm yang memiliki bentuk kepala oval dan ekor yang panjang. Karakter spermatozoa, yang meliputi ukuran dan bagian-bagian spermatozoa tidak dapat diamati menggunakan mikroskop cahaya biasa karena ukuran spermatozoa yang sangat kecil. Pengukuran detil ultrastruktur sangat dibutuhkan untuk memastikan klasifikasi spermatozoa cacing nipah


0 komentar:

Posting Komentar