Recombinant lactobacillus expressing
G protein of spring viremia ofcarp virus (SVCV) combined with ORF81 protein of
koi herpesvirus(KHV): A promising way to induce protective immunity against
SVCVand KHV infection in cyprinid fish via oral vaccination
Koi herpes virus (KHV), merupakan
penyakit virus ganas yang meyebabkan kematian massal pada ikan mas. Serangan
penyakit ini tidak hanya menyerang Indonesia. Berdasarkan sejarahnya, serangan
KHV menyerang pertama kali pada tahun 1998 dan terjadi di Israel tahun 1999.
Untuk selanjutnya, beberapa kasus juga telah menyerang negara Amerika Serikat,
Eropa, dan Asia. Penyakit KHV dapat menyebabkan kematian massal 80–100% dari
populasi ikan mas dan umumnya pada kondisi suhu air 72–81°F (22–27°C). Serangan
virus ini dapat terjadi pada berbagai umur ikan. Namun berdasarkan hasil uji
kohabitasi, menunjukkan bahwa ikan ukuran benih lebih rentan dibandingkan
dengan ukuran induk.
Spring Viraemia Of Carp (SVC) merupakan penyakit/infeksi oleh virus
yang bersifat akut haemorhagis dan menular, yang menyerang golongan ikan
Cyprinids danlebih spesifik pada Common carp,Cyprinus
carpio. Penyakit ini biasanya timbul pada musim semi
(Spring) dan menyebabkan kematian pada semua umur.Common carp merupakan inang
yang utama dan virus dapat menyerang ikandewasa dan muda. Dilaporkan pula
bahwa virus pernah pula diisolasi dari golonganCyprinids yang
lain. Silver carp, Bighead carp (Aristichthys nobilis), dan Crucian
carp (Carassius auratus). Secara eksperimental Pike Fry (Esox
lucius) dan larvanya, fry dari carp, Grass carp (Ctenocephalon idella) dan
Guppies (Lebistes reticulata). Tanda-tanda klinis dan patologis serangan SVC
antara lain meliputi ikan berkumpul di bagian outflow, warna ikan menjadi
gelap, perdarahan/ petekiaehaemorhagi, mata menonjol (exophthalmus), abdominal
dropsy, biasanya dijumpai pula peritonitis fibrinosa dan ctarrhal
atau enteritis yang nekrotik. Sedangkan Swimbladder Inflammation
(SBI) yang virusnya identik dengan virus SVC, dapatmemperlihatkan gejala
klinis/patologis yaitu kehilangan berat badan dankeseimbangan, warna kulit
menjadi gelap/berubah, degenerasi/perdarahan pada dinding gelembung udara
(swimbladder).
KHV digolongkan
sebagai virus DNA yang termasuk dalam famili Herpesviridae (contoh: herpes
virus). Meskipun dalam beberapa diskusi ilmiah, mendiskusikan akurasi
klasifikasi tersebut hingga tahun 2003, namun tahun 2004 diperoleh hasil yang
menunjukkan kebenaran klasifikasi tersebut yang didasarkan pada morfologi dan
kajian genetikanya. Penyakit KHV telah didiagnosa pada ikan koi dan ikan mas
konsumsi. Namun demikian, spesies golongan cyprinid lainnya seperti common
goldfish (Carassius auratus) dan grass carp (Ctenopharyngodon idella) menunjukkan
bahwa tidak terserang KHV. Seperti halnya infeksi virus herpes lainnya, KHV
diyakini berada dalam tubuh ikan mas terinfeksi untuk kelangsungan hidupnya
sehingga ikan mas tersebut berpotensi sebagai carrier virus. Serangan KHV
dapat menyebar dengan beberapa cara seperti halnya herpes virus lainnya.
Penyebarannya dapat terjadi karena kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi,
air dari ikan terinfeksi dan atau melalui air atau tanah tempat ikan terinfeksi
dipelihara. KHV sebenarnya hanya salah satu penyakit
diantara beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh virus. Dua jenis virus lainnya
adalah spring viremia of carp (SVC) and carp pox (CHV-1). Hingga saat ini
belum ada obat untuk ikan yang terserang KHV. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa resistensi alami terjadi apabila suhu air media pemeliharaan dinaikkan
hingga 30°C. Menaikkan suhu air ini memang tidak direkomendasi dalam
pemeliharaan ikan mas/koi untuk waktu yang lama. Hal ini karena meskipun ikan
tersebut resisten secara alami, namun dapat menjadi pembawa virus kepada ikan
lainnya bila di tempat tujuan distribusi tidak melakukan hal yang sama. Cara
lain yang dapat ditempuh adalah vaksinasi melalui penyuntikan, sehingga ikan
secara biologis memproduksi antibody.
Semi viremia virus ikan mas (SVCV) dan virus
herpes koi (KHV) yang sangat menular dan patogen ikan cyprinid, menyebabkan
kerugian ekonomi yang sangat besar dalam budidaya. Meskipun vaksin DNA
dilaporkan inrecent tahun bisa menginduksi respon imun protektif di karper
terhadap virus ini melalui injeksi, thereare sejumlah konsekuensi dan
ketidakpastian yang berkaitan dengan vaksinasi DNA. Oleh karena itu, metode
andpractical lebih efektif untuk menginduksi kekebalan protektif seperti
pemberian oral akan sangat diinginkan. Inthis studi, kami meneliti utilitas
dari Lactobacillus plantarum rekayasa genetik (L. plantarum) coexpressing
glikoprotein (G) dari SVCV dan protein ORF81 dari KHV sebagai vaksin oral untuk
menginduksi protectiveimmunity di karper melalui vaksinasi oral.
Permukaan-ditampilkan rekombinan plasmid PYG-G-ORF81 waselectroporated ke L.
plantarum, sehingga menimbulkan LP / PYG-G-ORF81, di mana protein fusi ekspresi
dan lokalisasi OFG-ORF81 dari LP / PYG-G-ORF81 diidentifikasi oleh SDS -Page,
uji andimmunofluorescence Western blotting. Partikel pakan umpan yang
mengandung LP / PYG-G-ORF81 digunakan sebagai vaksin toimmunize carps melalui
gastrointestinal rute. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, karper lisan
diimunisasi withthe LP / PYG-G-ORF81 diinduksi tingkat signifikan imunoglobulin
M (IgM), dan imunogenik-ity yang dikonfirmasi oleh virus beban pengurangan
terdeteksi oleh PCR setelah tantangan virus diikuti oleh perlindungan
aneffective menilai 71% di karper divaksinasi dan 53% di koi divaksinasi sampai
hari 65 posting tantangan, masing-masing. Penelitian kami di sini menunjukkan,
untuk pertama kalinya, kemampuan rekombinan L. plantarum vaksin asoral terhadap
SVCV dan infeksi KHV di karper, menunjukkan strategi multivalent praktis untuk
thecontrol musim semi viremia ikan mas dan koi penyakit herpes.
Partikel virus
masih dapat aktif dalam air hingga empat jam.
Penggunaan desinfektan berupa larutan klorin dapat digunakan untuk mengeliminir
virus dalam air dan fasilitas lainnya tanpa ikan di dalamnya. Dosis dan lama
penggunaan klorin yang sering digunakan adalah 200 ppm (200 mg/l) selama satu
jam. Dosis ini tergantung pada tipe klorin yang digunakan. Untuk larutan yang
kandungan sodium hipokloritnya sebanyak 5,25% per liter, penggunaan 35
mililiter per gallon air akan menghasilkan konsentrasi 200 mg/l. Quaternary
ammonium chloride (QAC) yang direkomendasikan untuk digunakan sebagai
desinfektan pada wadah dan peralatan lainnya adalah 500 ppm selama 1 jam. Wadah
dan peralatan yang didesinfeksi tersebut kemudian dicuci untuk mengeliminir
residu dari bahan desinfektan.
Tindak
karantina merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menghindari
masuknya KHV ke dalam populasi ikan mas yang sudah lama dipelihara. Agar tindak
karantina dapat berjalan secara efektif, maka semua ikan baru harus ditempatkan
dalam wadah/sistem terpisah dan idealnya berbeda lokasi gedung atau area dari
ikan yang sudah lama dipelihara. Disamping wadah tersendiri, peralatan pun
harus tersendiri atau dikhususkan bagi ikan yang baru masuk. Di pintu masuk dan
ke luar gedung disediakan pula wadah disinfeksi untuk untuk kaki dan pencucian
tangan. Waktu yang diperlukan untuk tindak karantina ini minimal 30 hari.
0 komentar:
Posting Komentar