REVIEW JOURNAL MIKROBIOLOGI

Jumat, 16 Maret 2018


Recombinant lactobacillus expressing G protein of spring viremia ofcarp virus (SVCV) combined with ORF81 protein of koi herpesvirus(KHV): A promising way to induce protective immunity against SVCVand KHV infection in cyprinid fish via oral vaccination
            Koi herpes virus (KHV), merupakan penyakit virus ganas yang meyebabkan kematian massal pada ikan mas. Serangan penyakit ini tidak hanya menyerang Indonesia. Berdasarkan sejarahnya, serangan KHV menyerang pertama kali pada tahun 1998 dan terjadi di Israel tahun 1999. Untuk selanjutnya, beberapa kasus juga telah menyerang negara Amerika Serikat, Eropa, dan Asia. Penyakit KHV dapat menyebabkan kematian massal 80–100% dari populasi ikan mas dan umumnya pada kondisi suhu air 72–81°F (22–27°C). Serangan virus ini dapat terjadi pada berbagai umur ikan. Namun berdasarkan hasil uji kohabitasi, menunjukkan bahwa ikan ukuran benih lebih rentan dibandingkan dengan ukuran induk.
            Spring Viraemia Of Carp (SVC) merupakan penyakit/infeksi oleh virus yang bersifat akut haemorhagis dan menular, yang menyerang golongan ikan Cyprinids danlebih spesifik pada Common carp,Cyprinus carpio. Penyakit ini biasanya timbul pada musim semi (Spring) dan menyebabkan kematian pada semua umur.Common carp merupakan inang yang utama dan virus dapat menyerang ikandewasa dan muda. Dilaporkan pula bahwa virus pernah pula diisolasi dari golonganCyprinids yang lain. Silver carp, Bighead carp (Aristichthys nobilis), dan Crucian carp (Carassius auratus).  Secara eksperimental Pike Fry (Esox lucius) dan larvanya, fry dari carp, Grass carp (Ctenocephalon idella) dan Guppies (Lebistes reticulata). Tanda-tanda klinis dan patologis serangan SVC antara lain meliputi ikan berkumpul di bagian outflow, warna ikan menjadi gelap, perdarahan/ petekiaehaemorhagi, mata menonjol (exophthalmus), abdominal dropsy, biasanya dijumpai pula peritonitis fibrinosa dan ctarrhal atau enteritis yang nekrotik. Sedangkan Swimbladder Inflammation (SBI) yang virusnya identik dengan virus SVC, dapatmemperlihatkan gejala klinis/patologis yaitu kehilangan berat badan dankeseimbangan, warna kulit menjadi gelap/berubah, degenerasi/perdarahan pada dinding gelembung udara (swimbladder).
            KHV digolongkan sebagai virus DNA yang termasuk dalam famili Herpesviridae (contoh: herpes virus). Meskipun dalam beberapa diskusi ilmiah, mendiskusikan akurasi klasifikasi tersebut hingga tahun 2003, namun tahun 2004 diperoleh hasil yang menunjukkan kebenaran klasifikasi tersebut yang didasarkan pada morfologi dan kajian genetikanya. Penyakit KHV telah didiagnosa pada ikan koi dan ikan mas konsumsi. Namun demikian, spesies golongan cyprinid lainnya seperti common goldfish (Carassius auratus) dan grass carp (Ctenopharyngodon idella) menunjukkan bahwa tidak terserang KHV. Seperti halnya infeksi virus herpes lainnya, KHV diyakini berada dalam tubuh ikan mas terinfeksi untuk kelangsungan hidupnya sehingga ikan mas tersebut berpotensi sebagai carrier virus. Serangan KHV dapat menyebar dengan beberapa cara seperti halnya herpes virus lainnya. Penyebarannya dapat terjadi karena kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi, air dari ikan terinfeksi dan atau melalui air atau tanah tempat ikan terinfeksi dipelihara. KHV sebenarnya hanya salah satu penyakit diantara beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh virus. Dua jenis virus lainnya adalah spring viremia of carp (SVC) and carp pox (CHV-1). Hingga saat ini belum ada obat untuk ikan yang terserang KHV. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa resistensi alami terjadi apabila suhu air media pemeliharaan dinaikkan hingga 30°C. Menaikkan suhu air ini memang tidak direkomendasi dalam pemeliharaan ikan mas/koi untuk waktu yang lama. Hal ini karena meskipun ikan tersebut resisten secara alami, namun dapat menjadi pembawa virus kepada ikan lainnya bila di tempat tujuan distribusi tidak melakukan hal yang sama. Cara lain yang dapat ditempuh adalah vaksinasi melalui penyuntikan, sehingga ikan secara biologis memproduksi antibody.
            Semi viremia virus ikan mas (SVCV) dan virus herpes koi (KHV) yang sangat menular dan patogen ikan cyprinid, menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar dalam budidaya. Meskipun vaksin DNA dilaporkan inrecent tahun bisa menginduksi respon imun protektif di karper terhadap virus ini melalui injeksi, thereare sejumlah konsekuensi dan ketidakpastian yang berkaitan dengan vaksinasi DNA. Oleh karena itu, metode andpractical lebih efektif untuk menginduksi kekebalan protektif seperti pemberian oral akan sangat diinginkan. Inthis studi, kami meneliti utilitas dari Lactobacillus plantarum rekayasa genetik (L. plantarum) coexpressing glikoprotein (G) dari SVCV dan protein ORF81 dari KHV sebagai vaksin oral untuk menginduksi protectiveimmunity di karper melalui vaksinasi oral. Permukaan-ditampilkan rekombinan plasmid PYG-G-ORF81 waselectroporated ke L. plantarum, sehingga menimbulkan LP / PYG-G-ORF81, di mana protein fusi ekspresi dan lokalisasi OFG-ORF81 dari LP / PYG-G-ORF81 diidentifikasi oleh SDS -Page, uji andimmunofluorescence Western blotting. Partikel pakan umpan yang mengandung LP / PYG-G-ORF81 digunakan sebagai vaksin toimmunize carps melalui gastrointestinal rute. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, karper lisan diimunisasi withthe LP / PYG-G-ORF81 diinduksi tingkat signifikan imunoglobulin M (IgM), dan imunogenik-ity yang dikonfirmasi oleh virus beban pengurangan terdeteksi oleh PCR setelah tantangan virus diikuti oleh perlindungan aneffective menilai 71% di karper divaksinasi dan 53% di koi divaksinasi sampai hari 65 posting tantangan, masing-masing. Penelitian kami di sini menunjukkan, untuk pertama kalinya, kemampuan rekombinan L. plantarum vaksin asoral terhadap SVCV dan infeksi KHV di karper, menunjukkan strategi multivalent praktis untuk thecontrol musim semi viremia ikan mas dan koi penyakit herpes.
            Partikel virus masih dapat aktif dalam air hingga empat jam. Penggunaan desinfektan berupa larutan klorin dapat digunakan untuk mengeliminir virus dalam air dan fasilitas lainnya tanpa ikan di dalamnya. Dosis dan lama penggunaan klorin yang sering digunakan adalah 200 ppm (200 mg/l) selama satu jam. Dosis ini tergantung pada tipe klorin yang digunakan. Untuk larutan yang kandungan sodium hipokloritnya sebanyak 5,25% per liter, penggunaan 35 mililiter per gallon air akan menghasilkan konsentrasi 200 mg/l. Quaternary ammonium chloride (QAC) yang direkomendasikan untuk digunakan sebagai desinfektan pada wadah dan peralatan lainnya adalah 500 ppm selama 1 jam. Wadah dan peralatan yang didesinfeksi tersebut kemudian dicuci untuk mengeliminir residu dari bahan desinfektan.
            Tindak karantina merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menghindari masuknya KHV ke dalam populasi ikan mas yang sudah lama dipelihara. Agar tindak karantina dapat berjalan secara efektif, maka semua ikan baru harus ditempatkan dalam wadah/sistem terpisah dan idealnya berbeda lokasi gedung atau area dari ikan yang sudah lama dipelihara. Disamping wadah tersendiri, peralatan pun harus tersendiri atau dikhususkan bagi ikan yang baru masuk. Di pintu masuk dan ke luar gedung disediakan pula wadah disinfeksi untuk untuk kaki dan pencucian tangan. Waktu yang diperlukan untuk tindak karantina ini minimal 30 hari.

0 komentar:

Posting Komentar