Teknik aklimatisasi
Proses aklimatisasi penting
dilakukan sebelum dilaksankanya proses penebaran benih. Aklimatisasi dibagi
menjadi dua yaitu aklimatisasi suhu dan aklimatisasi salinitas. Aklimatisasi
suhu dilakukan dalam waktu satu jam dengan cara kantong benih dimasukkan pada
tambak. Tindakan tersebut dilakukan hingga suhu air dalam
kemasan plastik mendekati atau sama dengan suhu air petakan yang dicirikan
dengan munculnya embum di dalam plastik. Aklimatisasi salinitas air petakan
tambak dilakukan setelah aklimatisasi suhu selesai. Aklimatisasi salinitas dilakukan dengan cara benur dimasukkan dalam
ember dan ember tersebut dimasukkan sebagian air tambak kemudian didiamkan
beberapa saat. Hal ini didukung oleh Hendrajat et al. (2003), aklimatisasi
suhu air petakan udang vannamei dilakukan dengan cara meletakan plastik
pengemas yang berisi benur ke dalam tambak. Tindakan tersebut dilakukan hingga
suhu air dalam kemasan plastik mendekati atausama dengan suhu air petakan yang
dicirikan dengan munculnya embum di dalam plastik. Aklimatisasi salinitas air
petakan tambak dilakukan setelah aklimatisasi suhu selsai. Aklimatisasi
salinitas dilakukan dengan cara air tambak dimasukan sebanyak 1-2 liter ke
dalam kemasan plastik benur udang vannamei. Aktivitas tersebut dihentikan
hingga salinitas air dalam kemasan plastik mendekati sama dengan salinitas air di
petakan.
Teknik penebaran benur
Berdasarkan hasil
praktikum yang telah dilaksanakan bahwa proses penebaran benih dilakukan pada
jam 03.00 WIB.
Penebaran dilakukan jam 03.00
WIB bertujuan untuk mencegah mortalitas
benur akibat pengaruh suhu. Suhu sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan proses
penebaran, suhu pada pukul 03.00
WIB bisa dikatakan baik karena suhu cukup rendah. Aklimatisasi suhu ini berlangsung selama 1 jam dan
dilanjutkan penebaran benur ke tambak. Kantung plastik dibuka dan ditambah air sedikit
demi sedikit. Apabila
suhu air dalam kantong dan air tambak hampir sama,maka
benih dimasukkan dalam ember/baskom
yang berwarna cerah dan dimiringkan. Benur dengan sendirinya akan berenang ke perairan
tambak. Menurut Adiwidjaya et al. (2008),benur yang sehat akan berenang aktif
keluar ke tambak dan benur
yang kurang baik/sehat akan pasif atau diam dalam ember.
Manajemen pakan
Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya
udang vannamei karena menyerap 60-70% dari total biaya operasional. Pemberian
pakan yang sesuai kebutuhan akan memacu pertumbuhan dan perkembangan udang
vannamei secara optimal sehingga produktivitasnya bisa ditingkatkan. Pada
prinsipnya semakin padat penebaran benih udang berarti ketersediaan pakan alami
semakin sedikit dann ketergantungan pada pakan buatan pun semakin meningkat.
Pemberian pakan buatan didasarkan pada sifat dan tingkah laku makan udang
vannamei. Pada praktikum krustase, manajemen pemberian pakan udang vannamei
ditambak milik Pak Indra yaitu 3 kali dalam satu hari. Dimana pemberian pakan
ini pada pagi, siang dan malam hari. Udang vannamei merupakan udang yang aktif
mencari makanan pada siang dan malam hari. Menurut Nuhman (2009), menyatakan
bahwa Udang vannamei mempunyai sifat mencari makan pada siang dan malam hari
(diurnal dan nokturnal) dan sangat rakus. Sifat tersebut perlu untuk diketahui
karena berkaitan dengan jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakan yang akan
diberikan. Pakan merupakan 90% dari biaya produksi dalam usaha budidaya udang,
sehingga upaya mengoptimalkan penggunaan pakan yang akan diberikan pada udang
merupakan suatu tindakan yang dapat menekan biaya dan meningkatkan efisiensi
produksi.
Pakan yang digunakan untuk proses pendederan yaitu berupa pakan butan.
Pakan yang diberikan dapat berupa pelet yang berukuran sesuai dengan bukaan
mulut dari udang yaitu dengan ukuran PL 7-8. Pakan yang diberikan merupakan
pakan yang berasal dari pabrik milik Pak Indra tersebut. Pemberian pakan dilakukan
pada pukul 07.00 WIB; dan pada pukul 22.00 WIB. Menurut Nuhman (2009), udang
vanname yang ada didalam hapa selain diberi aerasi juga diberi pakan sesuai
dengan perlakuan. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan
komersial yang tersedia di pasar. Kode pakan yang digunakan adalah kode pakan
03 untuk udang yang berumur 21-30 hari. Waktu pemberian pakan: 07.00; 11.00;
17.00; dan 22.00 WIB dengan pertimbangan kebiasaan petambak memberi pakan
adalah pada jam-jam tersebut.
Teknik
pemanenan
Panen
dibagi menjadi panen parsial dan panen total. Panen parsial bertujuan untuk
mengurangi kepadatan dan biomass udang di kolam. Panen parsial yang pertama
dilakukan untuk menurunkan kepadatan udang ditambak sehingga menjadi 125-140
ekor/m2, sedangkan panen parsial selanjutnya dilakukan jika rasio pakan dan
kincir >12 atau biomass melebihi 1.8kg/m2. Panen total
dilakukan setelah udang mencapai size yang diinginkan dan biomass mencapai
puncak maksimalnya di kisaran 2.3-2.7/m2 atau pertumbuhan sudah tidak optimal
sedangkan umur maksimal untuk pertumbuhan yang optimal 125 hari. Hal ini
diperkuat oleh Simanjuntak et al, (2014) menyatakan bahwa Pada tambak budidaya
“Mandiri”, ada 2 jenis panen yang sering dilakukan, yaitu panen parsial dan
panen total. Biasanya panen parsial ini dilakukan ketika jumlah biomassa udang
sudah dianggap melebihi kapasitas tambak.Panen parsial ini bertujuan untuk
memindahkan sebagian udang vaname ketambak yang baru agar mengurangi intensitas
pemangsaan sesama udang.
Panen
parsial dilakukan seminggu sebelum dilakukan panen total, karena ketika udang
vaname dimasukkan ketambak yang baru, udang vaname akan lebih agresif dan
rakus. Penambahan bobot udang dapat terlihat dengan jelas. Meskipun demikian,
panen parsial ini juga memiliki resiko yang tinggi, karena terkadang udang vaname
tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan air tambak yang baru, sehingga perlu
dilakukan panen total pada saat itu juga. Sedangkan panen total adalah
pemanenan secara keseluruhan baik menggunakan jaring kantong dengan metode
pengurasan air tambak maupun dengan menggunakan katrol. Pemanenan dengan jaring
kantong biasanya dilakukan dengan cara memasang jaring kantong pada pintu
pembuangan air tambak. Udang vaname akan masuk kedalam jaring bersamaan dengan
keluarnya air tambak. Setelah pemanenan selesai, udang vaname langsung
dimasukkan kedalam ice box untuk pencegahan terjadinya rigor mortis sebelum
sampai ketangan pengumpul
(pengepul).
Proses pemanenan dilakukan setelah udang vaname
berumur 120 hari dan mencapai berat, yaitu 50 ekor/kg. Bila udang sudah
mencapai berat tersebut sebelum 120 hari, maka pemanenan bisa
dilakukan.Pemanenan dilakukan pada waktu malam hari untuk mempertahankan
kualitas udang. 2-4 hari sebelum pemanenan, tambak diberi kapur dolomite 80
kg/ha dan mempertahankan ketinggian air untuk mencegah proses molting. Bila
kita melakukan teknik beternak udang vaname dengan benar, maka hasil
yang kita dapatkan akan sangat memuaskan. Hal ini diperkuat oleh Budiardi et
al, (2005) menyatakan bahwa Pemanenan, dilakukan setelah udang mencapai ukuran
pasar yaitu sekitar 14 g ketika udang berumur 100 hari pemeliharaan. Panen
dimulai pada sore hari dengan memasang jaring berukuran besar pada pintu panen
dan membuang air melalui outlet tengah dan pintu panen.Udang yang terperangkap
di jaring segera dimasukkan ke drum-drum plastik yang kemudian di sortasi.Udang
yang tertinggal didasar tambak diambil satupersatu sampai tidak ada udang yang
tertinggal.
Menurut BIP Riau (1994), menyatakan agar mutu udang
tetap baik pada saat dipasarkan, diperlukan penanganan panen dan paska panen
yang baik sehingga nilai jualnya akan tetap tinggi. Panen dilakukan pada malam
hari atau dini hari, sebab udang aktif mencari makan sehingga mudah ditangkap
dan udang tidak tahan terhadap sinar matahari langsung.Panen dilakukan dengan
menggunakan alat tangkap seperti jala lempar. Tampunglah
udang hasil panen pada bak penampung yang airnya mengalir atau ditampung pada hapa
yang ditempatkan pada kolam
yang aimya mengalir. Hindari
perlakuan kasar sehingga udang tidak rusak atau terluka.Usahakan agar udang
hasil panen terhindar dari sinar matahari langsung.
Supaya udang yang
dipanen dapat terjaga kualitasnya, sebelum panen harus dipersiapkan
wadah/tempat udang, air dan es dengan jumlah yang cukup dan menjaga
kebersihannya. Udang yang telah dipanen dicuci dengan air bersih dan dibenamkan
dalam wadah yang berisi air es dengan suhu - 4 oC, kemudian dibawa
ke tempat penampungan untuk dilakukan sortir (WWF, 2014).
Persiapan
transportasi
Transportasi merupakan sarana yang digunakan dalam
pengangkutan hasil panen udang. Dari pihak UD. Sido Rukun tidak menyiapkan
transportasi untuk pengangkutan, karena pembeli atau pengepul akan datang ke
lokasi tambak untuk mengambil hasil panen. Udang vaname yang dipanen dan dimasukkan
ke wadah dan dibersihkan. Suhu pada udang dipertahankan dengan cara penambahan
es balok. Selain itu hasil panen juga didistribusikan ke perusahaan yang
dimiliki oleh Pak Indra. Biasanya hasil panen diangkut menggunakan mobil pick up untuk memudahkan dalam
pengangkutan.
Simanjuntak, R., Massugito, dan Anita R. 2014. Analisis Budidaya Udang Putih (Litopenaeus
vannamei) dengan Pola Semi- Intensive.
Budiardi, T., A. Muzaki dan N.B.P. Utomo. 2005. Produksi
udang vannamei ( Litopenaeus vannamei) Di Tambak Biocrete Dengan Padat
Peneberan berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia. 2: 109-113.
Nuhman. PENGARUH
PROSENTASE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN
UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. I (2): 193-197
0 komentar:
Posting Komentar