CATATAN PPRAKTIKUM KRUSTACEA 2015

Jumat, 16 Maret 2018


Teknik aklimatisasi
            Proses aklimatisasi penting dilakukan sebelum dilaksankanya proses penebaran benih. Aklimatisasi dibagi menjadi dua yaitu aklimatisasi suhu dan aklimatisasi salinitas. Aklimatisasi suhu dilakukan dalam waktu satu jam dengan cara kantong benih dimasukkan pada tambak. Tindakan tersebut dilakukan hingga suhu air dalam kemasan plastik mendekati atau sama dengan suhu air petakan yang dicirikan dengan munculnya embum di dalam plastik. Aklimatisasi salinitas air petakan tambak dilakukan setelah aklimatisasi suhu selesai. Aklimatisasi salinitas dilakukan dengan cara benur dimasukkan dalam ember dan ember tersebut dimasukkan sebagian air tambak kemudian didiamkan beberapa saat. Hal ini didukung oleh Hendrajat et al. (2003), aklimatisasi suhu air petakan udang vannamei dilakukan dengan cara meletakan plastik pengemas yang berisi benur ke dalam tambak. Tindakan tersebut dilakukan hingga suhu air dalam kemasan plastik mendekati atausama dengan suhu air petakan yang dicirikan dengan munculnya embum di dalam plastik. Aklimatisasi salinitas air petakan tambak dilakukan setelah aklimatisasi suhu selsai. Aklimatisasi salinitas dilakukan dengan cara air tambak dimasukan sebanyak 1-2 liter ke dalam kemasan plastik benur udang vannamei. Aktivitas tersebut dihentikan hingga salinitas air dalam kemasan plastik mendekati sama dengan salinitas air di petakan.

Teknik penebaran benur
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan bahwa proses penebaran benih dilakukan pada jam 03.00 WIB. Penebaran dilakukan jam 03.00 WIB  bertujuan untuk mencegah mortalitas benur akibat pengaruh suhu. Suhu sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan proses penebaran, suhu pada pukul 03.00 WIB bisa dikatakan baik karena suhu cukup rendah. Aklimatisasi suhu ini berlangsung selama 1 jam dan dilanjutkan penebaran benur ke tambak. Kantung plastik dibuka dan ditambah air sedikit demi sedikit. Apabila suhu air dalam kantong dan air tambak hampir sama,maka benih dimasukkan dalam ember/baskom yang berwarna cerah dan dimiringkan. Benur dengan sendirinya akan berenang ke perairan tambak. Menurut Adiwidjaya et al. (2008),benur yang sehat akan berenang aktif keluar ke tambak dan benur yang kurang baik/sehat akan pasif atau diam dalam ember.


Manajemen pakan
            Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya udang vannamei karena menyerap 60-70% dari total biaya operasional. Pemberian pakan yang sesuai kebutuhan akan memacu pertumbuhan dan perkembangan udang vannamei secara optimal sehingga produktivitasnya bisa ditingkatkan. Pada prinsipnya semakin padat penebaran benih udang berarti ketersediaan pakan alami semakin sedikit dann ketergantungan pada pakan buatan pun semakin meningkat. Pemberian pakan buatan didasarkan pada sifat dan tingkah laku makan udang vannamei. Pada praktikum krustase, manajemen pemberian pakan udang vannamei ditambak milik Pak Indra yaitu 3 kali dalam satu hari. Dimana pemberian pakan ini pada pagi, siang dan malam hari. Udang vannamei merupakan udang yang aktif mencari makanan pada siang dan malam hari. Menurut Nuhman (2009), menyatakan bahwa Udang vannamei mempunyai sifat mencari makan pada siang dan malam hari (diurnal dan nokturnal) dan sangat rakus. Sifat tersebut perlu untuk diketahui karena berkaitan dengan jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakan yang akan diberikan. Pakan merupakan 90% dari biaya produksi dalam usaha budidaya udang, sehingga upaya mengoptimalkan penggunaan pakan yang akan diberikan pada udang merupakan suatu tindakan yang dapat menekan biaya dan meningkatkan efisiensi produksi.
Pakan yang digunakan untuk proses pendederan yaitu berupa pakan butan. Pakan yang diberikan dapat berupa pelet yang berukuran sesuai dengan bukaan mulut dari udang yaitu dengan ukuran PL 7-8. Pakan yang diberikan merupakan pakan yang berasal dari pabrik milik Pak Indra tersebut. Pemberian pakan dilakukan pada pukul 07.00 WIB; dan pada pukul 22.00 WIB. Menurut Nuhman (2009), udang vanname yang ada didalam hapa selain diberi aerasi juga diberi pakan sesuai dengan perlakuan. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan komersial yang tersedia di pasar. Kode pakan yang digunakan adalah kode pakan 03 untuk udang yang berumur 21-30 hari. Waktu pemberian pakan: 07.00; 11.00; 17.00; dan 22.00 WIB dengan pertimbangan kebiasaan petambak memberi pakan adalah pada jam-jam tersebut.

Teknik pemanenan
            Panen dibagi menjadi panen parsial dan panen total. Panen parsial bertujuan untuk mengurangi kepadatan dan biomass udang di kolam. Panen parsial yang pertama dilakukan untuk menurunkan kepadatan udang ditambak sehingga menjadi 125-140 ekor/m2, sedangkan panen parsial selanjutnya dilakukan jika rasio pakan dan kincir >12 atau biomass melebihi 1.8kg/m2. Panen total dilakukan setelah udang mencapai size yang diinginkan dan biomass mencapai puncak maksimalnya di kisaran 2.3-2.7/m2 atau pertumbuhan sudah tidak optimal sedangkan umur maksimal untuk pertumbuhan yang optimal 125 hari. Hal ini diperkuat oleh Simanjuntak et al, (2014) menyatakan bahwa Pada tambak budidaya “Mandiri”, ada 2 jenis panen yang sering dilakukan, yaitu panen parsial dan panen total. Biasanya panen parsial ini dilakukan ketika jumlah biomassa udang sudah dianggap melebihi kapasitas tambak.Panen parsial ini bertujuan untuk memindahkan sebagian udang vaname ketambak yang baru agar mengurangi intensitas pemangsaan sesama udang.
Panen parsial dilakukan seminggu sebelum dilakukan panen total, karena ketika udang vaname dimasukkan ketambak yang baru, udang vaname akan lebih agresif dan rakus. Penambahan bobot udang dapat terlihat dengan jelas. Meskipun demikian, panen parsial ini juga memiliki resiko yang tinggi, karena terkadang udang vaname tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan air tambak yang baru, sehingga perlu dilakukan panen total pada saat itu juga. Sedangkan panen total adalah pemanenan secara keseluruhan baik menggunakan jaring kantong dengan metode pengurasan air tambak maupun dengan menggunakan katrol. Pemanenan dengan jaring kantong biasanya dilakukan dengan cara memasang jaring kantong pada pintu pembuangan air tambak. Udang vaname akan masuk kedalam jaring bersamaan dengan keluarnya air tambak. Setelah pemanenan selesai, udang vaname langsung dimasukkan kedalam ice box untuk pencegahan terjadinya rigor mortis sebelum sampai ketangan pengumpul (pengepul).
Proses pemanenan dilakukan setelah udang vaname berumur 120 hari dan mencapai berat, yaitu 50 ekor/kg. Bila udang sudah mencapai berat tersebut sebelum 120 hari, maka pemanenan bisa dilakukan.Pemanenan dilakukan pada waktu malam hari untuk mempertahankan kualitas udang. 2-4 hari sebelum pemanenan, tambak diberi kapur dolomite 80 kg/ha dan mempertahankan ketinggian air untuk mencegah proses molting. Bila kita melakukan teknik beternak udang vaname dengan benar, maka hasil yang kita dapatkan akan sangat memuaskan. Hal ini diperkuat oleh Budiardi et al, (2005) menyatakan bahwa Pemanenan, dilakukan setelah udang mencapai ukuran pasar yaitu sekitar 14 g ketika udang berumur 100 hari pemeliharaan. Panen dimulai pada sore hari dengan memasang jaring berukuran besar pada pintu panen dan membuang air melalui outlet tengah dan pintu panen.Udang yang terperangkap di jaring segera dimasukkan ke drum-drum plastik yang kemudian di sortasi.Udang yang tertinggal didasar tambak diambil satupersatu sampai tidak ada udang yang tertinggal.
Menurut BIP Riau (1994), menyatakan agar mutu udang tetap baik pada saat dipasarkan, diperlukan penanganan panen dan paska panen yang baik sehingga nilai jualnya akan tetap tinggi. Panen dilakukan pada malam hari atau dini hari, sebab udang aktif mencari makan sehingga mudah ditangkap dan udang tidak tahan terhadap sinar matahari langsung.Panen dilakukan dengan menggunakan alat tangkap seperti jala lempar. Tampunglah udang hasil panen pada bak penampung yang airnya mengalir atau ditampung pada hapa yang ditempatkan pada kolam yang aimya mengalir. Hindari perlakuan kasar sehingga udang tidak rusak atau terluka.Usahakan agar udang hasil panen terhindar dari sinar matahari langsung.
Supaya udang yang dipanen dapat terjaga kualitasnya, sebelum panen harus dipersiapkan wadah/tempat udang, air dan es dengan jumlah yang cukup dan menjaga kebersihannya. Udang yang telah dipanen dicuci dengan air bersih dan dibenamkan dalam wadah yang berisi air es dengan suhu - 4 oC, kemudian dibawa ke tempat penampungan untuk dilakukan sortir (WWF, 2014).

Persiapan transportasi
            Transportasi merupakan sarana yang digunakan dalam pengangkutan hasil panen udang. Dari pihak UD. Sido Rukun tidak menyiapkan transportasi untuk pengangkutan, karena pembeli atau pengepul akan datang ke lokasi tambak untuk mengambil hasil panen. Udang vaname yang dipanen dan dimasukkan ke wadah dan dibersihkan. Suhu pada udang dipertahankan dengan cara penambahan es balok. Selain itu hasil panen juga didistribusikan ke perusahaan yang dimiliki oleh Pak Indra. Biasanya hasil panen diangkut menggunakan mobil pick up untuk memudahkan dalam pengangkutan.

Simanjuntak, R., Massugito, dan Anita R. 2014. Analisis Budidaya Udang Putih (Litopenaeus vannamei) dengan Pola Semi- Intensive.

Budiardi, T., A. Muzaki dan N.B.P. Utomo. 2005. Produksi udang vannamei ( Litopenaeus vannamei) Di Tambak Biocrete Dengan Padat Peneberan berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia. 2: 109-113.

Nuhman. PENGARUH PROSENTASE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. I (2): 193-197

0 komentar:

Posting Komentar